it's me!

Kamis, 29 Desember 2011

Gadis Tanpa Nama

Sebuah gelas kaca yang bening, bersih, belum terisi oleh apapun. Gelas itu kokoh berdiri, tapi pada saat yang sama gelas itu juga rapuh. Dia diam. Dia tidak tahu untuk apa dia ada disana. Dia tidak tahu apa yang seharusnya diketahui sebagai sebuah gelas kaca. Ketidaktahuan yang menyakitkan. Maka ketika sang pemilik mengisinya dengan apapun yang dia ingin minum, gelas kaca itu diam. Dia menerima semuanya, semua yang dimasukkan padanya, bukan karena dia takut pada pemiliknya . bukan pula karena dia setuju pada kemauan Sang Pemilik. Tetapi karena ia tidak tahu. Dia tidak tahu apa yang dia inginkan, apa yang seharusnya dia mau. Maka saat tangan kokoh Sang Pemilik menyuruhnya untuk menampung minumannya, dia hanya bias menggangguk. Dia tak punya kekuatan untuk menolak.
Demikianlah sebuah kisah seorang anak yang patuh kepada ayahnya, apapun yang ayahnya perintahkan padanya tanpa berfikir panjang ia langsung mengerjakannya. Terutama dalam hal pembelajaran. Ayahnya selalu berkata bahwa jika kita tekun belajar, alhasil kita akan menjadi orang yang sukses dimasa depan. Kata-kata itulah yang dia ingat selalu, sampai-sampai ia lupa bahwa dirinya perlu bermain dan bergaul dengan sesamanya. Lalu seorang wanita yang tidak mau menyebutkan namanya datang menghampiri anak itu, hampir setiap hari wanita itu datang menghampiri dirinya. Karena penasaran ia pun bertanya ke wanita itu, “untuk apa kamu datang setiap hari kesini? Apakah tidak ada pekerjaan yang penting sehingga kerjamu hanya berjalan-jalan dan mengamati sekitar?” lalu jawab wanita itu “hidup ku ya hidupku tidak berpaku pada peraturan yang orang buat, sehingga aku bebas untuk menikmati hidup ini.” Dari kata-kata itu ia pun berfikir bahwa hidupnya selama ini hanyalah seperti robot yang diperintah oleh ayahnya tanpa ia mengerti apa makna dari semua yang ia lakukan.
Sore itu ia menunggu wanita itu. Namun sudah berhari-hari wanita itu tidak datang lagi. Ia pun berfikir ada apakah gerangan? Semua itu ia lakukan karena ia ingin berterima kasih kepada wanita itu, karena sudah mengajarkan kepadanya arti hidup. Ia berharap wanita itu bisa ia temui sekali lagi. Tiba-tiba ia melihatnya akhirnya ia menemukannya, ia bahagia bisa menemukannya. Tapi sebuah rasa lain menghampiri dan menguasainya. Ia terhenyak. Ternyata ia adalah aku.

Pranoto, Naning & Sides Sudyarto Ds. 2007. Kumpulan Karya Para Pemenang Lomba Nasional Penulisan Cerita Pendek. Jakarta: Rayakultura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar